Mitos atau Fakta???
Kunang-kunang merupakan serangga yang sangat unik. Namun, hanya sedikit sekali dari kita yang memahami dengan baik serangga ini. Berbagai mitos berkembang di masyarakat mengenai kunang-kunang. Kunang-kunang sering diidentikkan dengan kukunya orang yang sudah meninggal. Kunang-kunang juga dipandang sebagai binatang yang menakutkan. Di masyarakat pun beredar rumor, jika melihat kunang-kunang, maka tangan ditaruh di telinga agar kunang-kunang tidak masuk ke telinga dan menyebabkan kematian.
Faktanya adalah…..
Untuk menjawab mitos tersebut, dapat dipahami bahwa tempat orang meninggal atau kuburan merupakan salah satu tempat yang cocok untuk perkembangbiakan kunang-kunang. Di kuburan banyak ditemukan pohon yang dapat mempengaruhi kelembaban dan cocok dengan kunang-kunang. Tanahnya yang gembur juga menjadi salah satu alasan mengapa kuburan juga menjadi salah satu habitat kesukaan kunang‐kunang untuk memperoleh makanan dan bertelur. Jadi terjawab sudah mitos yang menjadi cerita orang-orang akan kunang-kunang.
Di pulau Jawa, populasi kunang-kunang semakin hari semakin berkurang jumlahnya. Belum ada upaya perlindungan untuk mengantisipasi mengecilnya jumlah spesies kunang-kunang. Beberapa faktor penyebab berkurangnya spesies kunang-kunang meliputi: konversi lahan persawahan menjadi bangunan fisik, terganggunya saluran irigasi persawahan, perilaku masyarakat ataupun petani yang membakar jerami dan menimbulkan asap, dan penggunaan pestisida.
Mengapa Kunang–‐Kunang Bercahaya?
Kunang-kunang adalah hewan nocturnal. Fenomena pancaran cahaya dari kunang-kunang merupakan hasil dari reaksi kimia yang disebut dengan kemiluminesensi. Kunang-kunang dapat mengeluarkan cahaya melalui suatu proses yang dikenal dengan bioluminescence. Pada proses ini, zat luciferin di dalam abdomen bereaksi dengan enzim luciferase dan oksigen. Reaksi kimia ini mampu menghasilkan cahaya atau panas yang lemah yang kemudian dikenal dengan istilah cahaya dingin (cold light). Hampir 90% energi yang dihasilkan dari reaksi luminisensi diubah menjadi energi cahaya. Udara yang masuk ke dalam perut kunang-kunang mampu menciptakan pola denyut yang kemudian menciptakan cahaya berkedip dari kunang‐kunang tersebut. Cahaya yang dikeluarkan kunang-kunang memiliki beberapa fungsi untuk menarik lawan jenis, mempertahankan diri, kegiatan perburuan, dan sebagai penanda alam bebas polusi udara.
Kunang-kunang merupakan serangga unik, karena kemampuannya untuk menghasilkan cahaya. Spesies kunang-kunang termasuk dalam keluarga Lampyridae yang merupakan ordo dari Celeoptera. Dalam bahasa Inggris kunang-kunang disebut dengan istilah Firefly atau Lightning bug Atau Glowworms. Kunang-kunang mempunyai tubuh memanjang, panjang berkisar 4.5-20 mm, tubuh lunak, pronotum meluas kearah depan di atas kepala, sehingga kepala nampak melebar dilihat dari atas, mata tersembunyi bila dilihat dari atas, beberapa abdomen terakhir tarsi 5-5-5.
sumber:
1. Sari, M., Ratnawulan dan Gusnedi. 2014. Karakteristik Fisis Pemancaran Cahaya Kunang-Kunang Terbang (Pteroptyx tener). Pillar of Physics, Vol. 1. April 2014, 113-120.
2. Umiarti, A. T., dan Made Sukana. 2016. Kunang-Kunang (Firefly) Serangga Bercahaya, Petualangan Eksotis Malam Hari. Fakultas Peternakan dan Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Bali.